Setelah menjalani awal musim yang terjal, Real Madrid akhirnya mulai
menampilkan performa terbaik di bawah asuhan Carlo Ancelotti di musim
2013/14 ini, dan kemenangan
Los Blancos atas Elche dengan skor 3-0 akhir pekan kemarin membuat mereka menjadi, secara statistik, yang terbaik kedua dalam sejarah klub. Awalnya
skuat asuhan Ancelotti mendapatkan banyak kritikan di awal musim, saat
mereka kalah dalam derby Madrid dengan skor 1-0 dari
Atletico
yang digelar di Santiago Bernabeu pada awal September dan juga kemudian
dibekuk rival terbesar mereka, Barcelona, dengan skor 2-1 di
Camp Nou, kurang dari satu bulan berikutnya.
Namun,
sejak itu, perjalanan Madrid sangat sensasional: mereka meraih 21
kemenangan, empat imbang dan tidak pernah kalah. Kemenangan menghadapi
Sevilla, Rayo Vallecano, Real Sociedad, Almeria, Galatasaray,
Valladolid, Olimpic Xativa, FC Copenhagen, Valencia, Osasuna (dalam dua
leg ajang Copa
del Rey), Celta
Vigo, Espanyol (satu kali di La Liga dan dua kali di Copa), Betis,
Granada, Atletico (kandang dan tandang di Copa), Villarreal, Getafe and
yang terbaru adalah Elche, bersama dengan hasil imbang menghadapi
Juventus, Osasuna dan Athetlic Bilbao. Rekor itu sudah melampaui
catatan Fabio Capello ketika pertama kali menangani Madrid pada musim
1996-97, di mana mereka berhasil meraih 25 laga tanpa kalah di semua
ajang, tetapi mengoleksi delapan hasil imbang.
Dan setelah mengalah Elche berkat gol dari Asier Illarramendi, Gareth
Bale dan Isco, kini skuat Ancelotti naik ke posisi kedua dalam catatan
tidak pernah kalah terbanyak sepanjang sejarah klub - di bawah tim
brilian Leo Beenhakker yang menjalani 34 laga tanpa kalah sejak Oktober
1988 hingga April 1989. Catatan gemilang itu dihentikan oleh
Celta Vigo yang meraih kemenangan 2-0 dalam laga lanjutan La Liga. Dan
empat hari kemudian, skuat Beenhakker mengalami salah satu kekalahan
terburuk di Eropa, ketika dihantam AC Milan asuhan Arrigo Sacchi dengan
skor 5-0. Uniknya, Ancelotti mencetak gol pembuka di pertandingan itu,
setelah dia mampu melewati dua pemain Madrid.
Terlepas dari
kekecewaan itu, Beenhakker membawa Madrid menjadi juara La Liga dan Copa
del Rey waktu itu, sementara skuat Capello pada 1996/97 juga mengklaim
juara La Liga, sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat Madrid hanya
mampu duduk di posisi enam satu musim sebelumnya. Tim Capello
harus menyaksikan catatan gemilangna berakhir ketika dikalahkan oleh
Barcelona asuhan Bobby Robson dengan skor 3-2 pada pertandingan Copa del
Rey.
Kekalahan terakhir Madrid musim ini juga terjadi di Camp
Nou, tetapi El Clasico berikutnya tidak akan terjadi hingga 23 Maret
pada laga lanjutan La Liga dan akan dimainkan di Bernabey, dengan kedua
tim akan kembali berduel pada 16 April di partai puncak Copa del Rey di
Mestalla. Untuk dapat mempertahankan rekor itu, Madrid harus
menghindari kekalahan saat menghadapi Atletico di Vicente Caldero akhir
pekan depan, dan juga lolos dari babak 16 Besar Liga Champions tanpa
tersentuh kekalahan pada kandang dan tandang menghadapi Schalke, lalu
mengulanginya lagi di babak perempat-final.
Yang menarik,
pertandingan liga menghadapi Barca di Bernabeu akan menjadi laga ke-34
apabila Ancelotti berhasil tidak tersentuh kekalahan sebelumnya, berarti
untuk menyamai rekor Beenhakker, Ancelotti wajib tidak boleh kalah
hingga laga El Clasico berikutnya. Dan Ancelotti akan mencatatkan
sejarah baru dengan rekor 35 laga tanpa kalah di semua ajang apabila
berhasil mencuri angka ketika menghadapi Valladolid beberapa hari
setelahnya. Sementara itu, rekor tak terkalahkan Barcelona di
semua ajang adalah 28 pertandingan pada musim 2010/11, ketika klub
raksasa Catalan itu mengklaim juara La Liga dan Liga Champions dan juga
menggapai laga final Copa del Rey di bawah asuhan Pep Guardiola. Catatan
impresif mereka saat itu dihentikan Real Betis pada Copa del Rey di
bulan Januari, setelah di leg pertama Barca menang 5-0 di Camp Nou.
Sumber: http://www.goal.com