Rabu, 26 Februari 2014

Ancelotti Menuju Sejarah



Setelah menjalani awal musim yang terjal, Real Madrid akhirnya mulai menampilkan performa terbaik di bawah asuhan Carlo Ancelotti di musim 2013/14 ini, dan kemenangan Los Blancos atas Elche dengan skor 3-0 akhir pekan kemarin membuat mereka menjadi, secara statistik, yang terbaik kedua dalam sejarah klub. Awalnya skuat asuhan Ancelotti mendapatkan banyak kritikan di awal musim, saat mereka kalah dalam derby Madrid dengan skor 1-0 dari Atletico yang digelar di Santiago Bernabeu pada awal September dan juga kemudian dibekuk rival terbesar mereka, Barcelona, dengan skor 2-1 di Camp Nou, kurang dari satu bulan berikutnya.

Namun, sejak itu, perjalanan Madrid sangat sensasional: mereka meraih 21 kemenangan, empat imbang dan tidak pernah kalah. Kemenangan menghadapi Sevilla, Rayo Vallecano, Real Sociedad, Almeria, Galatasaray, Valladolid, Olimpic Xativa, FC Copenhagen, Valencia, Osasuna (dalam dua leg ajang Copa del Rey), Celta Vigo, Espanyol (satu kali di La Liga dan dua kali di Copa), Betis, Granada, Atletico (kandang dan tandang di Copa), Villarreal, Getafe and yang terbaru adalah Elche, bersama dengan hasil imbang menghadapi Juventus, Osasuna dan Athetlic Bilbao. Rekor itu sudah melampaui catatan Fabio Capello ketika pertama kali menangani Madrid pada musim 1996-97, di mana mereka berhasil meraih 25 laga tanpa kalah di semua ajang, tetapi mengoleksi delapan hasil imbang.

Dan setelah mengalah Elche berkat gol dari  Asier Illarramendi, Gareth Bale dan Isco, kini skuat Ancelotti naik ke posisi kedua dalam catatan tidak pernah kalah terbanyak sepanjang sejarah klub - di bawah tim brilian Leo Beenhakker yang menjalani 34 laga tanpa kalah sejak Oktober 1988 hingga April 1989. Catatan gemilang itu dihentikan oleh Celta Vigo yang meraih kemenangan 2-0 dalam laga lanjutan La Liga. Dan empat hari kemudian, skuat Beenhakker mengalami salah satu kekalahan terburuk di Eropa, ketika dihantam AC Milan asuhan Arrigo Sacchi dengan skor 5-0. Uniknya, Ancelotti mencetak gol pembuka di pertandingan itu, setelah dia mampu melewati dua pemain Madrid.

Terlepas dari kekecewaan itu, Beenhakker membawa Madrid menjadi juara La Liga dan Copa del Rey waktu itu, sementara skuat Capello pada 1996/97 juga mengklaim juara La Liga, sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat Madrid hanya mampu duduk di posisi enam satu musim sebelumnya. Tim Capello harus menyaksikan catatan gemilangna berakhir ketika dikalahkan oleh Barcelona asuhan Bobby Robson dengan skor 3-2 pada pertandingan Copa del Rey.

Kekalahan terakhir Madrid musim ini juga terjadi di Camp Nou, tetapi El Clasico berikutnya tidak akan terjadi hingga 23 Maret pada laga lanjutan La Liga dan akan dimainkan di Bernabey, dengan kedua tim akan kembali berduel pada 16 April di partai puncak Copa del Rey di Mestalla. Untuk dapat mempertahankan rekor itu, Madrid harus menghindari kekalahan saat menghadapi Atletico di Vicente Caldero akhir pekan depan, dan juga lolos dari babak 16 Besar Liga Champions tanpa tersentuh kekalahan pada kandang dan tandang menghadapi Schalke, lalu mengulanginya lagi di babak perempat-final.

Yang menarik, pertandingan liga menghadapi Barca di Bernabeu akan menjadi laga ke-34 apabila Ancelotti berhasil tidak tersentuh kekalahan sebelumnya, berarti untuk menyamai rekor Beenhakker, Ancelotti wajib tidak boleh kalah hingga laga El Clasico berikutnya. Dan Ancelotti akan mencatatkan sejarah baru dengan rekor 35 laga tanpa kalah di semua ajang apabila berhasil mencuri angka ketika menghadapi Valladolid beberapa hari setelahnya. Sementara itu, rekor tak terkalahkan Barcelona di semua ajang adalah 28 pertandingan pada musim 2010/11, ketika klub raksasa Catalan itu mengklaim juara La Liga dan Liga Champions dan juga menggapai laga final Copa del Rey di bawah asuhan Pep Guardiola. Catatan impresif mereka saat itu dihentikan Real Betis pada Copa del Rey di bulan Januari, setelah di leg pertama Barca menang 5-0 di Camp Nou.

Sumber: http://www.goal.com



0 komentar:

Posting Komentar